Kubu Anies-Sandi dan Ahok-Djarot saling tuding soal sembako
Kubu Anies-Sandi dan Ahok-Djarot saling tuding soal sembako
Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (baju kotak-kotak) Anies Baswedan-Sandiaga Uno (baju biru muda) saat Debat Publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4).
Dua kubu kontestan Pilkada DKI 2017 saling tuding soal aksi bagi-bagi sembako kepada warga.
Kelompok Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) mengadu ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta, Minggu (16/4). Mereka melaporkan dugaan pembagian sembako yang dilakukan tim pendukung Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
ACTA mengklaim, sudah mengantongi bukti pembagian sembako di beberapa wilayah. Sebagai catatan, kelompok ini dikenal sebagai penentang Ahok-Djarot, dengan tokoh utama macam Habiburokhman (Partai Gerindra) dan Novel Bamukmin (Front Pembela Islam).
Laporan juga datang dari Tim Kuasa Hukum Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Mereka menuding kubu Ahok-Djarot telah melakukan bagi-bagi sembako dengan kupon Rp5-10 ribu, yang bisa ditukar paket berisi mi instan, beras, gula, dan minyak goreng--ditaksir bernilai Rp50 ribu.
Anggota tim kuasa hukum Anies-Sandi, Amir Hamzah, menyebut bahwa laporan mereka berdasar pada rekap aduan warga sepanjang sepekan terakhir.
Mereka menilai, pembagian sembako juga sengaja menyasar kantong-kantong suara mereka, seperti Kalibata, Cilincing, Kali baru, Kampung Melayu, Lubang Buaya, Klender, Rawamangun, Cengkareng, dan Kebayoran Lama.
Tak hanya pembagian sembako, laporan juga menyoroti dugaan penggunaan fasilitas negara (rumah di kompleks DPR RI, Kalibata). "Tadi pagi kami menerima laporan diindikasikan di Kompleks DPR RI di Kalibata menjadi tempat penimbunan sembako," ujar Amir, dilansir kumparan (16/4).
Di media sosial, beredar foto dan video aksi bagi-bagi sembako yang dilakukan sekelompok orang berkemeja kotak-kotak khas pasangan Ahok-Djarot.
Dalam salah satu video terlihat adu debat antara perekam video dengan orang-orang berkemeja kotak-kotak yang membagikan sembako.
Tanggapan kubu Ahok-Djarot
Juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot, Raja Juli Antoni, meragukan laporan yang beredar di media sosial.
Lebih-lebih, rekaman itu menunjukkan orang-orang berseragam kotak-kotak, padahal seragam itu mudah ditemukan di pasaran.
"Banyak yang pakai kotak-kotak mengatasnamakan paslon nomor urut dua, ternyata timses lain," ujar Raja. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menginstruksikan pembagian sembako.
"Enggak ada sama sekali instruksi strategi dari paslon nomor dua, sejak awal clear ya Pak Ahok dan Pak Djarot coba di cek dari putaran pertama, kami tidak pernah bermain sembako seperti itu," katanya, dikutip Arah.com.
Sebaliknya, kubu Ahok-Djarot mengklaim memiliki bukti pembagian sembako yang dilakukan tim Anies-Sandi.
Salah satu bukti itu berupa kupon pembagian sembako. Foto kupon tersebut dipublikasikan oleh Tempo.co.
"Kupon Sembako Murah" demikian tajuknya. Ada pula teks, "Maju Bersama Anies-Sandi, Maju Kotanya Bahagia Warganya". Konon, kupon itu bisa ditukar dengan: minyak Rp5 ribu per liter; gula 1/2 kilogram plus tiga bungkus mi instan seharga Rp5 ribu.
Di linimasa Twitter, beredar pula video yang menunjukkan Anies Baswedan tengah membagikan bungkusan plastik berwarna merah kepada warga. Plastik berwarna merah itu terlihat ditukar dengan secarik kupon dan sejumlah uang.
"Mas Anies lagi ngapain?" tanya Joko Anwar, pendukung Ahok nan berpengaruh di media sosial.
Mas Anis lagi ngapain?
Pengamat dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirajudin Abbas, menyebut bahwa laporan di media sosial dan aduan ke Bawaslu, bisa dilihat sebagai langkah politik untuk meraih dukungan.
Menurut Sirajudin, hal itu tak lepas dari ketatnya persaingan berebut suara dalam Pilkada DKI.
"Siapapun yang melakukan (pembagian sembako), apakah itu resmi, dari inisiatif tim sukses paslon, atau ini taktik lapangan saja untuk menggiring opini negatif. (Tujuannya) untuk sekadar menakut-nakuti orang yang kebingungan," kata Sirajudin, dilansir BBC Indonesia.
Adapun survei SMRC (5 April) menunjukkan persaingan ketat dari kedua pasangan yang hanya berjarak satu persen. Anies-Sandi punya elektabilitas 47,9 persen, sedangkan Ahok-Djarot meraih 46,9 persen.
Sebagai informasi, kegiatan politik uang atau pemberian materi lain yang bisa memengaruhi pemilih dilarang keras dalam Pilkada.
Hal itu termaktub Pasal 73 Undang-Undang No.10/2016 tentang Pilkada. Calon yang terbukti melanggar bisa dikenakan sanksi pembatalan pencalonan.
Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (baju kotak-kotak) Anies Baswedan-Sandiaga Uno (baju biru muda) saat Debat Publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4).
Dua kubu kontestan Pilkada DKI 2017 saling tuding soal aksi bagi-bagi sembako kepada warga.
Kelompok Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) mengadu ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta, Minggu (16/4). Mereka melaporkan dugaan pembagian sembako yang dilakukan tim pendukung Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
ACTA mengklaim, sudah mengantongi bukti pembagian sembako di beberapa wilayah. Sebagai catatan, kelompok ini dikenal sebagai penentang Ahok-Djarot, dengan tokoh utama macam Habiburokhman (Partai Gerindra) dan Novel Bamukmin (Front Pembela Islam).
Laporan juga datang dari Tim Kuasa Hukum Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Mereka menuding kubu Ahok-Djarot telah melakukan bagi-bagi sembako dengan kupon Rp5-10 ribu, yang bisa ditukar paket berisi mi instan, beras, gula, dan minyak goreng--ditaksir bernilai Rp50 ribu.
Anggota tim kuasa hukum Anies-Sandi, Amir Hamzah, menyebut bahwa laporan mereka berdasar pada rekap aduan warga sepanjang sepekan terakhir.
Mereka menilai, pembagian sembako juga sengaja menyasar kantong-kantong suara mereka, seperti Kalibata, Cilincing, Kali baru, Kampung Melayu, Lubang Buaya, Klender, Rawamangun, Cengkareng, dan Kebayoran Lama.
Tak hanya pembagian sembako, laporan juga menyoroti dugaan penggunaan fasilitas negara (rumah di kompleks DPR RI, Kalibata). "Tadi pagi kami menerima laporan diindikasikan di Kompleks DPR RI di Kalibata menjadi tempat penimbunan sembako," ujar Amir, dilansir kumparan (16/4).
Di media sosial, beredar foto dan video aksi bagi-bagi sembako yang dilakukan sekelompok orang berkemeja kotak-kotak khas pasangan Ahok-Djarot.
Dalam salah satu video terlihat adu debat antara perekam video dengan orang-orang berkemeja kotak-kotak yang membagikan sembako.
Tanggapan kubu Ahok-Djarot
Juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot, Raja Juli Antoni, meragukan laporan yang beredar di media sosial.
Lebih-lebih, rekaman itu menunjukkan orang-orang berseragam kotak-kotak, padahal seragam itu mudah ditemukan di pasaran.
"Banyak yang pakai kotak-kotak mengatasnamakan paslon nomor urut dua, ternyata timses lain," ujar Raja. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menginstruksikan pembagian sembako.
"Enggak ada sama sekali instruksi strategi dari paslon nomor dua, sejak awal clear ya Pak Ahok dan Pak Djarot coba di cek dari putaran pertama, kami tidak pernah bermain sembako seperti itu," katanya, dikutip Arah.com.
Sebaliknya, kubu Ahok-Djarot mengklaim memiliki bukti pembagian sembako yang dilakukan tim Anies-Sandi.
Salah satu bukti itu berupa kupon pembagian sembako. Foto kupon tersebut dipublikasikan oleh Tempo.co.
"Kupon Sembako Murah" demikian tajuknya. Ada pula teks, "Maju Bersama Anies-Sandi, Maju Kotanya Bahagia Warganya". Konon, kupon itu bisa ditukar dengan: minyak Rp5 ribu per liter; gula 1/2 kilogram plus tiga bungkus mi instan seharga Rp5 ribu.
Di linimasa Twitter, beredar pula video yang menunjukkan Anies Baswedan tengah membagikan bungkusan plastik berwarna merah kepada warga. Plastik berwarna merah itu terlihat ditukar dengan secarik kupon dan sejumlah uang.
"Mas Anies lagi ngapain?" tanya Joko Anwar, pendukung Ahok nan berpengaruh di media sosial.
Mas Anis lagi ngapain?
Pengamat dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirajudin Abbas, menyebut bahwa laporan di media sosial dan aduan ke Bawaslu, bisa dilihat sebagai langkah politik untuk meraih dukungan.
Menurut Sirajudin, hal itu tak lepas dari ketatnya persaingan berebut suara dalam Pilkada DKI.
"Siapapun yang melakukan (pembagian sembako), apakah itu resmi, dari inisiatif tim sukses paslon, atau ini taktik lapangan saja untuk menggiring opini negatif. (Tujuannya) untuk sekadar menakut-nakuti orang yang kebingungan," kata Sirajudin, dilansir BBC Indonesia.
Adapun survei SMRC (5 April) menunjukkan persaingan ketat dari kedua pasangan yang hanya berjarak satu persen. Anies-Sandi punya elektabilitas 47,9 persen, sedangkan Ahok-Djarot meraih 46,9 persen.
Sebagai informasi, kegiatan politik uang atau pemberian materi lain yang bisa memengaruhi pemilih dilarang keras dalam Pilkada.
Hal itu termaktub Pasal 73 Undang-Undang No.10/2016 tentang Pilkada. Calon yang terbukti melanggar bisa dikenakan sanksi pembatalan pencalonan.
Karna Di ERTIGAPOKER Sedang ada HOT PROMO loh!
ReplyDeleteBonus Deposit Member Baru 100.000
Bonus Deposit 5% (klaim 1 kali / hari)
Bonus Referral 15% (berlaku untuk selamanya
Bonus Deposit Go-Pay 10% tanpa batas
Bonus Deposit Pulsa 10.000 minimal deposit 200.000
Rollingan Mingguan 0.5% (setiap hari Kamis
ERTIGA POKER
ERTIGA
POKER ONLINE INDONESIA
POKER ONLINE TERPERCAYA
BANDAR POKER
BANDAR POKER ONLINE
BANDAR POKER TERBESAR
SITUS POKER ONLINE
POKER ONLINE
ceritahiburandewasa
MULUSNYA BODY ATASANKU TANTE SISKA
KENIKMATAN BERCINTA DENGAN ISTRI TETANGGA
CERITA SEX TERBARU JANDA MASIH HOT